Cerita Dewasa Tetangga - Ini pengalaman ketika aku masih bujang, saat itu umurku mungkin sekitar 23 tahun. Aku kost disebuah tempat yang memang diperuntukkan ahany untuk anak kost, ada sekitar 20 an kamar berjejer terdiri atas dua bangunan bertingkat 2. Penghuninya campur antara yang bujangan dan yang berkeluarga. Kebetulan kamarku ada di lantai bawah yang menurutku punya fasilitas paling komplit (maksudnya bisa jemur pakaian di belakang kamar karena ada lorong terbuka yang tersisa dibelakang bangunan yang aku tempati itu. Dari lorong ini pulalah kisah ini berawal.
Tetangga sebelah kanan dan kiri kamarku
adalah pasangan yang berkeluarga. Ada bapak dan bu Evi (karena anaknya
namanya Evi) keluarga dengan 1 anak perempuan disebelah kiri kamarku.
Dan keluarga mas Anto dan mbak Diah (begitu aku memanggil mereka)
disebelah kanan kamarku, keluarga muda dengan satu anak perempuan juga
yang berumur sekitar 2 tahunan. Aku juga belum begitu kenal dengan
tetangga lainnya karena memang sangat jarang bertemu. Umumnya mereka
mengurung diri dikamar entah apa kegiatan mereka. Aku sendiri bujangan
yang baru mulai bekerja pada sebuah perusahan yang cukup bonafid. Hari
hariku biasanya aku habiskan pergi sama teman teman, itu sebabnya aku
jarang berinteraksi dengan tetangga kostku.
Bu Evi orangnya kecil mungil, kulit
hitam manis tapi punya buah dada yang agak berlebihan sehingga kalau
lama diperhatikan seperti menantang (dasar mupeng) sedangkan mbak diah,
punya perawakan sintal, kulitnya putih mulus, wajahnya juga sangat
mempesona (masuk katagori cantik), ramah dan banyak senyum. Aku sendiri
sering dapat senyuman nya. Nggak tahu kenapa aku sering cari kesempatan
untuk bertemu muka biar kecipratan senyum manisnya. Aku sendiri cukup
akrab dengan mas Anto karena kantor kami bersebelahan. Mas Anto bekerja
sebagai Security. Seringkali aku diminta bantuan sama mbak Diah untuk
jagain si kecil Endah kalo dia lagi sibuk dengan pekerjaan rumahnya, dan
aku dengan senang hati melakukannya. Sebagai imbalan biasanya aku nitip
cucian barang sepotong dua potong. Merekalah dua wanita yang menjadi
topic ceritaku nanti.
Pada suatu hari aku pulang malam sekitar
jam 2an, aku ingat sekali itu malam minggu sehabis jalan sama teman
temanku, aku bermaksud mengambil jemuran dibelakang kamar yang sore tadi
dicuciin sama mbak Diah, takut kena hujan nanti bau. Aku merasa ada
yang tidak biasa. Didepan pintu kamar belakang mbak Diah aku melihat
sepasang sandal yang aku yakin bukan punya mas Anto. Penasaran aku balik
kedepan mencari motor mas Anto, hanya ingin memastikan kalo mas Anto
benar tidak dirumah karena setahuku hari itu mas Anto tugas malam.
Dan benar dugaan ku motor mas Anto tidak
ada di tempatnya. Segera aku berbalik lorong belakang. Aku mencoba
mencari celah untuk mengintip kedalam kamar mbak Diah. Tapi usahaku
sia-sia karena terhalang dinding dapur. Hanya saja aku sempat mendengar
lapat lapat desahan nafas dan sayup sayup suara erangan sehingga aku
yakini sedang terjadi sesuatu didalam sana. Aku kembali kekamarku
menunggu …….
Dengan suasana hati yang tak menentu,
aku hanya berharap tahu siapa gerangan pemilik sandal yang telah mengisi
malam sepinya mbak diah. Aku tak beranjak jauh dari pintu belakang
kamarku dan sengaja kubuka sedikit sehingga masih bias mengintip kea rah
pintu belakang mbak Diah. 15 menit berlalu aku mendengar suara daun
pintu berderit meskipun sangat pelan tapi cukup membuatku segera
mengambil posisi yang telah kupersiapkan.
Aku melihat sosok mbak Diah keluar
kemudian melihat kiri kanan mungkin memastikan keadaan aman, setelah itu
kulihat dia memberi kode kedalam maka keluarlah sesosok lelaki yang
sangat aku kenal….. Pak Evi… tetangga sebelahku… aku tersurut kaget
benar benar tidak menyangka dan setengah tidak percaya dengan apa yang
kusaksikan. Setelah keadaan tenang aku kembali ketempat tidurku. Ada
scenario dalam kepalaku. Dan aku pun tersenyum sendiri.
Keesokan harinya seperti biasa aku telat
bangun, maklum hari minggu. Masih terbayang peristiwa semalam dan
rencana yang telah kususun. Aku bersemangat bangun dan langsung menuju
lorong belakang aku berharap ketemu mbak Diah dibelakang, tapi aku harus
kecewa. tak apalah masih banyak waktu. Dan aku segera menyambar
handukku masuk kamar mandi sambil bernyanyi kecil. Habis mandi aku
bermaksud membuang waktu dengan duduk di beranda kamar ku ngopi dan
sekalian melihat keadaan tetangga tetanggaku. Heran aku juga tidak
melihat bu Evi hari itu. Selang beberapa saat kulihat mbak Diah datang,
rupanya dia baru habis belanja di warung.
“Eh dik Hadi .. udah bangun ya… “ Sapa mbak diah ramah seperti biasanya.
“Iya mbak, mas Anto masih tidur?” tanyaku balik
“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam” katanya menerangkan
“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip doong “
“boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”
“Siip” kataku
“Iya mbak, mas Anto masih tidur?” tanyaku balik
“Iya dik, mas Anto baru pulang pagi, kan tugas malam” katanya menerangkan
“oh iya… mbak gak ada acara nyuci hari ini? Nitip doong “
“boleh, tapi ntar ya abis masak, tapi jagain Endah ya”
“Siip” kataku
Aku pun mengambil alih endah dari mbak
Diah, aku setelkan dia lagu anak anak dari DVD portable ku maka endah
pun bernyanyi nyanyi sendiri di kamarku. Selang beberapa lama kudengar
mbak Diah memanggil lewat pintu belakangku.
“Dik Hadi… mana cuciannya?”
“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
“itu mbak yang dibelakang, udah tak rendem dari semalem” sahutku menimpali.
Aku segera beranjak kebelakang, saatnya
memulai rencana. Perlahan kudekati mbak Diah. Memberi kode agar dia
mendekat. Mbak Diah menghampiriku….
“Semalam aku melihat sesuatu disini” bisikku.
Sengaja membuatnya terkejut. Dan reaksinya memang seperti yang kuharapkan. Diapun lebih mendekat.
“Lihat apa?” mbak Diah ikutan berbisik.
“Ada deh.. “ godaku.
“Ada deh.. “ godaku.
Merah padam mukanya mbak Diah. Tapi dia
segera menguasai diri. Dia taruh telunjuknya di atas bibir.“Nanti aja
diomongin” bisiknya lagi
“Siip” kataku sambil mengangkat jempol.
Aku memulai hayalanku ditempat tidur
dengan perasaan menang, yakin akan mendapat sesuatu. Pikiranku
sedemikian jauhnya sampai tak sadar aku tertidur dan lupa makan. “tok…
tok….tok…” setenagah sadar aku mendengar pintu kamarku di ketok.
Aku bangkit dari tempat tidur dan yang
pertama kurasakan adalah perutku yang minta diisi. Kulirik jam bekerku,
ah.. rupanya sudah jam setengah tiga, pantesan…“tok…tok…” kembali
kudengar pintuku di ketok.
Aku bergegas membuka pintu, kiranya mbak diah yang sedari tadi mengetok pintu.“ya mbak… ada apa?” tanyaku
Aku bergegas membuka pintu, kiranya mbak diah yang sedari tadi mengetok pintu.“ya mbak… ada apa?” tanyaku
“ini mau nganterin makanan , tadi mbak
masak lebih, mbak liat dari tadi kamu gak keluar rumah.. pasti belum
makan” katanya sambil mengulurkan sepiring nasi komplit dengan lauknya.
“iya juga mbak, aku ketiduran, mas anto udah bangun?”
“udah tuh … lagi pergi sama endah kerumah temennya”
“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan mata
“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya masih berpura pura.
“ntar aku cuci tangan dulu, tak ceritain sambil makan ya” aku bergegas menaruh makanan di meja kecil di beranda dan masuk untuk cuci tangan, kubiarkan mbak diah penasaran menungguku.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik menghabiskan makanan ku.“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
“iya juga mbak, aku ketiduran, mas anto udah bangun?”
“udah tuh … lagi pergi sama endah kerumah temennya”
“ooh… berarti udah aman ya… “ kataku sambil mengedipkan mata
“kamu itu bikin mbak penasaran, memang liat apa semalem” katanya masih berpura pura.
“ntar aku cuci tangan dulu, tak ceritain sambil makan ya” aku bergegas menaruh makanan di meja kecil di beranda dan masuk untuk cuci tangan, kubiarkan mbak diah penasaran menungguku.
“ayo ngomong… liat apa semalem” mbak diah langsung menyerangku begitu aku muali menyantap makanan, aku hanya senyum senyum sambil ayik menghabiskan makanan ku.“cepetan dong, ntar mas anto keburu pulang” pintanya memelas.
Akhirnya aku pun menceritakan apa yang
kulihat, termasuk mengetahui siapa adanya lelaki pemilik sandal. Lama
mbak diah terdiam sampai akhirnya…
“Di, kamu bisa pegang rahasia ini kan?,
mbak gak mau mas anto sampai tahu, kmu pasti tahu akibatnya buat mbak”
lagi lagi dia meminta dengan memelas.
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”“aku nggak minta uang kok” selaku
“trus kamu minta apa”
“aku minta sesuatu yang mbak punya dan bisa kasi” kataku sambil memberi kode ke arah dadanya
“hah… kamu mau sama mbak?”“knapa? Mbak nggak mau ngasih”
“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak… emang kamu mau?”
“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku cekikikan.
“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya… liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“oke, aku juga pasti menjaga mbak kok.. tenang aja”“omong omong bu evi kemana? Koq pak evi nya bisa lepas?
“ooh, biasa tiap sabtu mbak evi nginap di rumah orang tuanya karena harus gantian ama saudaranya jagain orang tuanya yang udah tua”“itu sebabnya ya… he..he.. “
“ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ngerti deh” kataku sambil mengejapkan mata, dan mbak diah pun tersenyum malu.
“ntar malam mas Anto shift malam lagi gak?” tanyaku
“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”
“kalo boleh sih…”
“liat keadaan ya.. “
“oke…”
“tenang aja mbak, aku bisa jaga rahasia kok. Tapi aku juga bakal minta sesiuatu dari mbak” jawabku
“kamu jangan memeras mbak ya, kamu kan tahu mbak nggak punya uang”“aku nggak minta uang kok” selaku
“trus kamu minta apa”
“aku minta sesuatu yang mbak punya dan bisa kasi” kataku sambil memberi kode ke arah dadanya
“hah… kamu mau sama mbak?”“knapa? Mbak nggak mau ngasih”
“Bukan gitu, mbak kan udah punya anak… emang kamu mau?”
“ah… aku kan pingin yang berpengalaman” kataku cekikikan.
“ya deh… kalo itu mbak bisa kasi, tapi jangan dipaksain ya… liat keadaan, jangan sampai mbak celaka”
“oke, aku juga pasti menjaga mbak kok.. tenang aja”“omong omong bu evi kemana? Koq pak evi nya bisa lepas?
“ooh, biasa tiap sabtu mbak evi nginap di rumah orang tuanya karena harus gantian ama saudaranya jagain orang tuanya yang udah tua”“itu sebabnya ya… he..he.. “
“ya … biasanya sabtu dianterin sama pak evi, minggu dijemput lagi”
“ngerti deh” kataku sambil mengejapkan mata, dan mbak diah pun tersenyum malu.
“ntar malam mas Anto shift malam lagi gak?” tanyaku
“iya… knapa? Kmu mau ntar malem?”
“kalo boleh sih…”
“liat keadaan ya.. “
“oke…”
Begitulah akhir dari transaksiku, aku tinggal menunggu hadiah yang dijanjikan tiba.
Waktu yang kutunggu pun tiba, dari balik pintu kamarku aku mendengar suara motor mas anto menjauh, dan mbak diah berdiri di beranda melepas suaminya berangkat kerja. Setelah motor gak terlihat aku keluar kamar. Mbak diah menoleh kearahku sambil berbisik..
Waktu yang kutunggu pun tiba, dari balik pintu kamarku aku mendengar suara motor mas anto menjauh, dan mbak diah berdiri di beranda melepas suaminya berangkat kerja. Setelah motor gak terlihat aku keluar kamar. Mbak diah menoleh kearahku sambil berbisik..
“endah belum tidur, ntar mbak kasi kode”
sambil menganggukkan kepala, aku pun mengerti. Menunggu sekitar 30
menit kudengar tembok di ketok , inilah kode nya pikirku, dan aku
bergegas ke arah belakang.
Aku tidak mau kecolongan seperti pak
evi, jadi kudekati pintu belakangnya mbah diah tanpa sandal.. he..he…
langsung kubuka pintu perlahan yang ternyata tidak terkunci. Pemandangan
yang disuguh kan didalam kamar sungguh membuatku terpana, mbak diah
tiduran ditempat tidur dengan mengenakan baju tidur yang amat tipis,
ikatan tali dipinggangnya tak cukup menutupi dadanya yang terbuka tanpa
mengenakn BH, sehingga terpampanglah belahan bukitnya yang indah. Aku
sudah sering melihat belahan dadanya ketika sedang menjemur pakaian
ataupu menyapu di halaman, tapi malam ini sungguh sangat menggairahkan.
Mbak diah hanya tersenyum.
“sudah puas melihat ini” katanya sambil menunjuk ke arah dadanya
“mungkin aku harus memegangnya” gurauku sambil mendekat.
“mungkin aku harus memegangnya” gurauku sambil mendekat.
Langsung saja kubuka bagian atas bajunya
dan langsung kunikmati dada montok yang telah menantiku itu. Pelan
kuremas sementara bibirku mencari cari putingnya yang lain. Aku puaskan
diriku menciumi buah dada mbak diah, sementara diapun mulai merintih
pelan.
“di, aku pingin liat barangmu” bisiknya disela sela pergumulan kami.
“penasaran ya?”
“mmh” tangan mbak diah langsung meluncur kearah selangkangan ku, dia berhenti ketika menggenggam penisku dari balik celana yang masih kupakai, digenggamnya beberapa kali , mungkin membanding bandingkan milikku dengan suaminya atau pak evi.
“kayaknya gede juga ya…” katanya
“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
“penasaran ya?”
“mmh” tangan mbak diah langsung meluncur kearah selangkangan ku, dia berhenti ketika menggenggam penisku dari balik celana yang masih kupakai, digenggamnya beberapa kali , mungkin membanding bandingkan milikku dengan suaminya atau pak evi.
“kayaknya gede juga ya…” katanya
“kalo mau liat aslinya buka aja mbak, aku gak keberatan kok” kataku
Mbak diah langsung membalik posisi, dia
diatas menindihku, kemudian sedikit demi sedikit menurunkan wajahnya
kearah perutku. Akhirnya mencapai tonjolan selangkanganku.. dia meraba
dengan halus membuatku jadi merinding dan tentu saja adek kecilku
langsung melonjak, dia mulai menggenggam perlahan dan seperti sangat
menikmati, perlahan disingkapnya celanaku, tanpa basa basi penisku
melonjak keluar. Mbak diah tersenyum kearahku, mulai diciumnya penisku
pertama dengan ujung hidung, kemudian berlanjut dengan bibirnya. Serasa
meledak mendapat perlakuan sopan seperti itu. Perlahan bibir mbak diah
terbuka, diarahkannya kepala penisku kemulutnya, pintar sekali dia
mebuatku melayang. Sekarang penisku sudah sepenuhnya dalam kulumannya,
terasa jilatan lidah mbak diah sesekali menyentuh ujung penisku… aku
sudah lupa diri. Tiba tiba dikeluarkannya penisku dari dalam mulutnya.
Ahh… aku langsung sadar kembali.
“Besar juga…” bisiknya
Aku hanya tersunyum puas dengan ucapannya.
“mbak… buka dong “
“sabar sayang, kita banyak waktu koq”
“ya mbak.. tapi aku dah mau meledak nih” mbak diah tertawa kecil mendengar kataku.
“kamu yang buka ya…” sekali lagi aku membalik posisi, kali ini mabak diah tidur dengan pemandangan indah nya.
“sabar sayang, kita banyak waktu koq”
“ya mbak.. tapi aku dah mau meledak nih” mbak diah tertawa kecil mendengar kataku.
“kamu yang buka ya…” sekali lagi aku membalik posisi, kali ini mabak diah tidur dengan pemandangan indah nya.
Baca Juga : Obat Perangsang Wanita
Aku mulai membuka baju tidurnya perlahan
sambil sesekali mengecup outing mbak indah yang sudah sedemikian
menantangnya. Aku hanya mendengar desahan desahan yang semakin
membangkitkan nafsuku dari bibir mbak diah. Sekarang yang tampak adalah
tubuh tanpa sehelai benang yang siap menantiku. aku terus melanjutkan
gerilya mulutku di sekujur tubuh mbak diah, tanganku mulai melepas
celanaku dan langsung kulemparkan tanpa peduli jatuh dimana. Kugesekkan
penisku diselangkangan mbak diah. Kali ini aku sengaja mengulur waktu
bermaksud membuat mbak diah penasaran. Pinggul mbak diah mulai bergerak
liar. Tampak dia berusaha mencarikan lobang untuk penisku yang kini
sangat tegang.
“ayo di…. Masukin sayang, mbak udah nggak tahan”
“bantuin dong mbak” kataku pula.
“bantuin dong mbak” kataku pula.
Mbak diah mulai mencari penisku lagi,
setelah dalam genggamannya, dia mulai mengarahkannya ke liang
kenikmatannnya. Aku mengimbangi dengan melakukan sedikit penekanan. Agak
susah masukknya.“kok susah masuknya mbak”
“punyamu kegedean, mmmh … pasti nikmat nih” dia mendesis
Akhirnya dengan bantuan tangan mbak diah
penisku mulai memasuki vaginanya mbak diah yang hangat dan basah. Aku
tidak mau terburu buru, jadi kugerakkan perlahan penisku dalam vaginanya
mbak diah sambil menikmati setiap gesekannya, desahan mbak diah juga
memberi sensasi tersendiri. Mbak diah pun selalu memberi gerakan pinggul
yang menambah kenikmatan yang kurasakan malam itu. Aku bertahan dengan
gaya itu beberapa saat sampai akhirnya…
“aduh di… mbak mau keluar, kasi mbak
keluar dulu ya…” katanya tanpa memberi kesempatan aku untuk menjawab,
tangan mbak diah menekan pinggangku sampai seluruh penisku terhisap
kedalam vaginanya, dia terus meracau tak jelas, tapi aku tahu dia sedang
dalam puncak puncaknya.
Aku merasakan dinding vagina mbak diah
berdenyut denyut seperti mencengkram penisku kuat kuat. Aku biarkan dia
menikmati sesaat sampai pegangan dipinggangku agak kendor.“maaf ya di..
mbak gak tahan, habis penismu enak banget, vagina mbak rasanya penuh”
katanya
“gak apa mbak kan bisa di ulang”
“pasti mbak layani, mbak bikin kamu puas di, lagian penismu enak”
“pasti mbak layani, mbak bikin kamu puas di, lagian penismu enak”
Begitulah malam itu kami melanjutkan
petualangan, ternyata mbak diah type wanita yang agak hyper. Malam itu
dia keluar sampai 7 kali sementara aku dapat 2 kali. Dari dia pula aku
tahu kalo mas anto tidak begitu kuat di ranjang, paling hanya bisa
memberinya sekali sementara mbak diah punya keinginan lebih dari itu.
sedang dari pak evi katanya dia bisa dapat 2 sampai 3 kali meskipun
penisnya tidak sebesar punyaku. Aku puas malam itu dan kembali ke kamar
dan tertidur pulas sampai pagi.
Mungkin karena kelelahan atau terlalu
puas, pagi itu aku bangun agak terlambat. Aku mandi dengan terburu buru.
Dengan hanya handuk melilit tubuh aku kebelakang kamar mencari
pengganti CD, tak peduli keadaan sekeliling aku ganti CD di belakang
kamar. Tiba tiba… aku mendengar suara seseorang menjerit. Rupanya bu evi
baru keluar dari kamarnya dan hendak menjemur pakaian kaget melihatku
telanjang. Aku juga kaget, handukku jatuh dan CD yang mau kupakai baru
sebatas lutut. Lama tertegun aku lupa kalau penisku masih
bergelantungan.
“maaf bu, kirain gak ada orang” kataku
“iya.. iya tapi kok gak buru buru ditutupin, mau pamer ya”
wah aku tersentak dan langsung merapikan CD ku. Untung bu evi gak marah dan malah menggodaku.
“anu bu, aku kesiangan jadi gak konsen, maaf ya bu” kataku lagi
“gak apa apa, mbak juga gak nyangka dapat pemandangan gituan pagi pagi” katanya tersenyum sambil menatap ke arah penisku.
“iya.. iya tapi kok gak buru buru ditutupin, mau pamer ya”
wah aku tersentak dan langsung merapikan CD ku. Untung bu evi gak marah dan malah menggodaku.
“anu bu, aku kesiangan jadi gak konsen, maaf ya bu” kataku lagi
“gak apa apa, mbak juga gak nyangka dapat pemandangan gituan pagi pagi” katanya tersenyum sambil menatap ke arah penisku.
Aku jadi kepingin iseng menggoda, maklum aku juga suka dengan body bu evi yang selalu mengundang terutama toketnya.
“kalo mau bukan cuma pemandangan yang bisa dinikmati, barangnya juga bisa kok”
“yee…. Udah sana ntar telat kerjanya” katanya mengingatkan.
“yee…. Udah sana ntar telat kerjanya” katanya mengingatkan.
Ternyata dia gak marah, dan menurut
feelingku kayaknya dia ada minat dengan penisku setelah apa yang
disaksikannya. Aku bergegas masuk kamar dan cepat cepat berpakaian
sekenanya, sebelum berangkat aku mencoba mengisengi bu evi sekali lagi.
“ntar dilanjutkan ya mbak (aku mulai memanggil mbak)” kataku sambil melongokkan kepala dari pintu kamarku.
“hus cepat kerja sana… “ bu evi memonyongkan bibirnya sambil tersenyum manis dan menurutku itu sangat menggoda.
“hus cepat kerja sana… “ bu evi memonyongkan bibirnya sambil tersenyum manis dan menurutku itu sangat menggoda.
Aku gak konsentrasi di tempat kerja,
bayangan godaan bu evi gak bisa lepas dari otakku. Setelah menyelesaikan
beberapa pekerjaan, aku minta ijin bosku untuk pulang dengan alasan
nggak enak badan. Aku hanya ingin segera menyelesaikan urusanku dengan
bu evi. Memasuki rumah kost, yang pertama kucari adalah motor pak evi,
meskipun aku tahu dia biasa kerja pagi tapi aku harus memastikan.
Yakin aman, aku masuk kamar dan langsung
membuka pintu belakangku. Sepi…. Jam jam segini orang sedang kerja,
kalaupun dirumah paling mengurung diri dikamar, Mbak diah pasti masih
ngurus suaminya yang baru bangun habis kerja malam.
Aku melangkah kepintu belakang bu evi,
perlahan ku ketok pintunya. Dan aku juga sudah mentyiapkan alasan jika
hal yang tidak diinginkan terjadi. Pada ketukan kedua aku mendengar
langkah kaki mendekati pintu.
“Ada apa dik hadi” tanya bu evi dengan tersenyum.
“itu…. mau melanjutkan yang tadi” kataku
“kamu nekat ya… pasti bolos ya… “ cecarnya tapi dengan suara berbisik
“kan udah janji” aku menyahut bodo bodohan.
“kamu serius?”
“ya.. iyalah, masak nggak” aku udah kepalang menjawab Bu evi memperhatikan sekeliling.
“masuk sini, nanti diliat orang” katanya. Aku berjingkrak gembira. Ternyata apa yang aku pikirkan tidak meleset. Bu evi memberi jalan kepadaku.
“ssst… jangan keras keras, evi lagi tidur” bisiknya
“kamu mau apa?”
“kan mbak udah ngerti… masak dijelasin lagi” kataku nyengir Lama bu evi terdiam.
“itu…. mau melanjutkan yang tadi” kataku
“kamu nekat ya… pasti bolos ya… “ cecarnya tapi dengan suara berbisik
“kan udah janji” aku menyahut bodo bodohan.
“kamu serius?”
“ya.. iyalah, masak nggak” aku udah kepalang menjawab Bu evi memperhatikan sekeliling.
“masuk sini, nanti diliat orang” katanya. Aku berjingkrak gembira. Ternyata apa yang aku pikirkan tidak meleset. Bu evi memberi jalan kepadaku.
“ssst… jangan keras keras, evi lagi tidur” bisiknya
“kamu mau apa?”
“kan mbak udah ngerti… masak dijelasin lagi” kataku nyengir Lama bu evi terdiam.
Tapi akhirnya dia tersenyum lagi.
“rahasia kita berdua ya… jangan sampai orang lain tahu” katanya
“iya lah mbak … masak aku mau bikin perkara”
“sama ingat… ini cumin buat senang senang saja, tidak ada perasaan. Aku nggak mau dipaksa paksa ya..”
“ya mbak, saya setuju” Dengan demikian mulailah petualangan baru dengan bu evi hari itu.
“iya lah mbak … masak aku mau bikin perkara”
“sama ingat… ini cumin buat senang senang saja, tidak ada perasaan. Aku nggak mau dipaksa paksa ya..”
“ya mbak, saya setuju” Dengan demikian mulailah petualangan baru dengan bu evi hari itu.
Sejak lama aku mengagumi toket bu evi
ini, maka tak kusia siakan hari itu untuk menikmati sepuasnya. Aku
menyusu seperti anak kecil hanya bedanya diiringi dengan desahan desahan
kecil bu evi.
Tubuh hitam manis itu sudah ku miliki
sekarang . aku membenamkan wajah ku di belahan toket bu evi. Kunikmati
aromanya, aku sangat bergairah. Begitupula bu evi. Kami telah telanjang
bulat dan aku bersiap mencari akhir dari permainan ini. Genjotan ku
selalu mendapat perlawanan dahsyat. Bu evi bertahan cukup lama, beda
dengan mbak diah. Lubang memeknya lebih lengket tidak terlalu banyak
cairan. Yang lebih dari memek bu evi ini adalah aku merasa penisku susah
dicabut ada yang menyedot dari dalam, dan senyum bu evi pun tak henti
hentinya terpampang.
“aku diatas ya..” tiba tiba dia menghentikan gerakanku.
Dan tanpa menungggu persetujuanku dia berguling, dengan posisi diatas dia mulai mengatur rithme genjotan.
“kamu diam saja, nikmati saja ya” katanya dan akupun hanya mengangguk.
Bu evi mulai dengan gayanya sendiri,
kakiku diluruskannya dan meninggalkan penisku tegak, perlahan dia
mengangkangi penisku. Dengan bantuan tangannya dimaukkannya penisku
kedalam vaginanya, pelan tapi habis sampai ke pangkal. Dia mendesah. Aku
merasa ujung penisku ada yang mengganjal. Mungkin mentok. Kembali bu
evi tersenyum. Dia mualai bergerak naik turun.
Aku dapat memandangi seluruh tubuhnya
sekarang. Toket besarnya ikut naik turun mengikuti irama gerakan
pantatnya. Hanya beberapa menit aku bertahan seperti itu. Aku merasa
penisku panas dan terasa laharku sebentar lagi akan menyembur.
“mbak… aku udah mau keluar” aku memperingatkan.
“iya sayang aku juga mau… kita sama sama ya…” nafas bu evi mulai memburu, dia mempercepat gerakannya, dan aku berusaha menahan sekuat tenaga agar tidak muncrat duluan.
“iya sayang aku juga mau… kita sama sama ya…” nafas bu evi mulai memburu, dia mempercepat gerakannya, dan aku berusaha menahan sekuat tenaga agar tidak muncrat duluan.
Aku ingin member kesan bahwa aku tidak
kalah dari dia. Aku kaget ketika bu evi menghempaskan tubuhnya keatas
dadaku sambil berkata..
“aku keluar….. aku keluar… “ didiringi dengan dekapan yang sangat erat dia mengejang beberapa kali.
Dan aku berniat segera menyusulnya. “mbak … aku keluar” aku bermaksud mencabut penisku tapi dia menahanku.
“lepaskan didalam saja sayang … aku mau
merasakan kehangatan sperma kamu” katanya Kutarik wajah bu evi, dan aku
melumat bibirnya, sementara penisku mulai memuntahkan isinya dalam memek
bu evi.
Dia benar benar tahu apa yang harus
dilakukan. Dia memutar pantatnya seperti hendak menguras habis isi
penisku. Aku tersenyum puas.
“makasih mbak… mbak hebat sekali”
“kamu juga hebat sayang… kamu memberiku kepuasan yang berbeda hari ini, lain kali mbak boleh minta kan?”
“ dengan senang hati mbak” jawabku sambil member kecupan dibibirnya.
“kamu juga hebat sayang… kamu memberiku kepuasan yang berbeda hari ini, lain kali mbak boleh minta kan?”
“ dengan senang hati mbak” jawabku sambil member kecupan dibibirnya.
Aku mengahiri hari itu dengan senyuman,
dan beristirahat dengan lelap. Aku bermimpi membawa kedua wanita
tetanggaku kedalam kamarku dan kami main bertiga. Aku jalani kehidupan
seks dengan dua wanita tetangga sekitar satu tahunan lebih, dalam
seminggu aku bias bermain 3 sampai empat kali. Jadwal yang baik mebuat
mereka tidak tahu satu sama lain kalau aku mengencani mereka berdua.
Mbak diah yang putih, cantik dan hyper memberiku kebanggaan sebagai
lelaki karena dia sering memberiku pujian atas permainanku. Sedangkan bu
evi selalu memberiku kenikmatan lebih saat kami bercinta, memeknya yang
hangat dan kering serta sedotannya tidak ku dapat dari wanita manapun.
Satu persatu mereka pindah dari tempat
kost yang banyak memberi kenangan. Keluarga bu evi pindah terlebih
dahulu karena membeli rumah saudaranya dengan harga murah dan sekarang
tinggal lebih dekat dengan keluarganya. Sedangkan keluarga mbak diah
menyusul dua bulan berikutnya karena mas anto membeli rumah disebuah
komplek perumahan. Namun demikian kami masih tetap berkomumikasi dan
sesekali melakukan pertemuan diam diam dan melanjutkan petualangan kami.
Hanya saja tidak bisa sesering ketika masih bertetangga.
0 komentar:
Posting Komentar